Kamis, 08 April 2010

Pencemaran Nama Baik

Bila ada yang ribut-ribut soal pencemaran nama baik, aku suka bertanya-tanya: apakah nama baik itu seperti susu murni yang hilang nilainya setelah tercemar?
Dan apakah orang yang meributkan kehilangan "nama baik" itu benar-benar telah memilikinya? Sebab kalau tadinya tidak memiliki bagaimana bisa kehilangan?
Selanjutnya apakah yang dipersepsikan sebagai "nama baik" oleh sang pemilik benar-benar sesuai dengan nama baik dalam pengertian umum di masyarakat?

Mungkin sekarang nama baik yang tadinya benda abstrak telah dikonkritkan, dapat dibeli dan dimiliki seperti mobil atau barang mewah, dan jika kehilangan mesti lapor ke polisi.
Aku lebih suka memandang nama baik sebagai suatu yang organis - mirip pohon - yang harus ditanam, dipupuk dan dipelihara. Jika kemudian ternyata layu atau mati tidak ada yang mesti disalahkan selain orang yang memeliharanya

Masalah ini mungkin terletak pada delusi dalam menempatkan apa itu kehormatan & aib atau sebutlah itu harga diri, yang jika ditelaah lebih jauh sebenarnya ada dua golongan harga diri: harga diri ke dalam dan harga diri ke luar.
Harga diri ke dalam timbul dalam hati orang-orang yang memandang dirinya sebagai debitor yang harus menjaga kepercayaan Sang Khalik. Hati nuraninya akan menegur jika ia melanggar dan ia akan malu kepada dirinya sendiri. Kehormatannya adalah menjaga kepercayaan yang dititipkan kepadanya, aibnya adalah kalau ia tidak bisa menjaga kepercayaan itu.
Sedangkan harga diri ke luar timbul dalam diri orang yang lebih mementingkan pendapat orang lain mengenai dirinya. Kehormatannya adalah egonya, jabatannya, reputasinya. Aibnya adalah jika ia dicela, ditegur apalagi dimarahi orang lain.

Sangat gampang melihat contoh harga diri ke luar dalam kehidupan sehari-hari.
Lihatlah di jalan raya: orang (apalagi tentara atau pejabat!) seenaknya menerobos lampu merah, egonya mengatakan siapa berani menindakku? Kehormatannya adalah sifat jagoannya. Amarah luar biasa akan timbul jika ada orang yang berani menegur perbuatannya, karena disitulah harga dirinya terlukai.

Menyimpang ke masalah korupsi,
Kita lihat tayangan berita di TV saat koruptor ditangkap.
Koruptor Jepang atau Korea Selatan terlihat tertunduk sangat malu, jangan heran kalau kemudian hari kita mendengar berita koruptor tersebut bunuh diri.
Koruptor China terlihat sangat ketakutan, dia tahu dirinya & keluarganya ada dalam masalah besar. Penguasa China tidak akan repot-repot berwacana sebelum menghadiahkan pelor ke jidat penjahat.
Di China kan juga banyak koruptor? Benar! Tapi orang China adalah bangsa pragmatis: "Bunuh 1 ekor ayam untuk menakuti 1000 ekor kera" adalah rule mereka.
Di Indonesia koruptor masih senyum sana senyum sini mirip selebritis ke pengadilan dikawal pengacara berjas & berdasi mahal (aku tidak bilang bonafide!), dadah-dadahan mirip superstar, percaya diri karena yakin akan lolos. Jika mereka buka mulut sedikit, pihak-pihak yang terlibat akan melindunginya, sedangkan rakyat yang bodoh - yang tidak bisa membedakan Indonesian Idol dengan demokrasi - akan menganggapnya pahlawan. Padahal untuk soal harga diri para mafia, triad, yakuza lebih punya loyalitas, lebih baik mati daripada berkhianat.
Bagi mereka korupsi bukan perkara yang memalukan, kita pernah mendengar pelajar SMP di Bekasi bunuh diri karena malu diledeki sebagai anak tukang bubur oleh teman-teman di sekolahnya, tapi belum pernah terdengar berita ada anak koruptor yang mati bunuh diri karena malu bapaknya jadi koruptor.
Jangan heran kalau pihak pengusut korupsi nantinya diperkarakan mencemarkan nama baik sang koruptor!

Balik lagi ke nama baik,
Di jaman Internet begini berita betulan maupun sampah mengalir lebih deras daripada air sungai Amazon. Berita akan cepat hilang dari search engine, kecuali jika terus di-forward atau di-update.
Jika merasa dirugikan oleh berita buruk di Internet, bikin saja beribu berita bagus dengan keyword yang sama atau lebih lengkap. Bayar saja orang IT untuk bikin Meta Tag yang tepat dan gunakan SEO (Search Engine Optimization), yakin berita yang dianggap buruk atau merugikan tersebut akan terusir jauh dari halaman-halaman depan search engine manapun.
Bayar orang IT lebih murah dibanding pengacara, malah bisa cuma dikasih rokok kalau kenal baik.
Apa mencari sensasi atau promosi supaya beken? Aku sarankan lebih baik berikan pelayanan bagus dulu, beken akan tumbuh secara alamiah oleh customer yang puas, itulah sebenarnya nama baik.



Didedikasikan untuk manusia-manusia yang sangat concern dengan "nama baik"nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar