Rabu, 29 Januari 2014

Bau Badan Nasaruddin Atau Bau Monyet?

Ini cerita tentang si Nasruddin Hoya ...


Istri Nasruddin ingin ada binatang peliharaan di rumahnya, maka ia membeli seekor monyet.
Nasruddin tidak senang melihat monyet itu, dan mulai membuat alasan penolakan
"Apa makanannya?" selidiknya.
"Sama dengan makanan kita" jawab istrinya.
"Dimana monyet itu akan tidur?" tanya Nasruddin kuatir.
"Di tempat tidur kita, bersama kita." jawab istrinya sambil membelai sayang si monyet.
"Waduhhh, bersama kita? Baunya nanti bagaimana?" protes Nasruddin.
"Kalau saya saja betah dengan bau itu, saya kira monyet ini juga akan tahan" kata istrinya dengan tenang.

Sabtu, 25 Januari 2014

JIMAT

Seorang ibu tidak berhasil menasehati anaknya yang suka bermain agar pulang ke rumah sebelum magrib. Kehabisan akal - akhirnya dia menakut-nakuti anaknya: "Awas! jalanan di sekitar rumah banyak hantunya, dan hantu-hantu itu akan segera keluar setelah hari menjadi gelap!"
Hasilnya, si ibu tidak perlu susah-susah lagi memanggil anaknya pulang setiap sore. Anaknya selalu pulang sebelum matahari terbenam.

Anaknya bertambah dewasa, tapi ia masih takut pada kegelapan dan hantu, sehingga ia tidak berani keluar rumah di malam hari.
Ibunya yang sudah tua kemudian memberinya sebuah jimat: "Pakailah jimat ini, sewaktu kamu memakainya tidak ada hantu-hantu yang berani mengganggumu!"

Nah!, sekarang ia berani keluar rumah di malam hari sambil memegang erat-erat jimat itu!

disadur dari buku "Burung Berkicau" oleh Anthony de Mello SJ


Kepercayaan yang buruk akan menakut-nakuti  manusia - membuat jiwanya menjadi kerdil dan semakin tergantung pada kepercayaan tersebut: menjadi seperti candu  atau tergantung kepada tokoh-tokoh tertentu: menjadi kultus individu.
Sebaliknya kepercayaan yang baik akan membebaskan jiwa manusia dan memberi pencerahan.

Jumat, 24 Januari 2014

PASTOR ...OOPS!

Seorang laki-laki kumal berjalan sempoyongan seperti orang mabuk menghampiri pastor. Tangannya memegang surat kabar, tampak seperti ada yang ingin ditanyakan kepada pastor, kemudian ia memberi salam hormat. Pastor merasa terganggu dan mengabaikan salam itu karena dipikirnya orang itu sedang mabuk.
"Maaf pastor, tahukah pastor apa yang menyebabkan arthritis?" tanyanya. Pastor juga mengabaikan pertanyaan itu yang dipikirnya pertanyaan ngawur.
Orang itu mengulangi  pertanyaannya beberapa kali. Akhirnya pastor hilang kesabaran, meledak: "Minum minuman keras menyebabkan arthritis!!! Berjudi menyebabkan arthritis!!! Suka pergi ke tempat pelacuran menyebabkan arthritis!!! ...." Tapi kemudian - sudah terlambat - pastor bertanya: "Mengapa engkau tanyakan itu?"
"Ngga, cuma dalam surat kabar ini diberitakan bahwa Paus menderita arthritis ..."
OOPS ...

Kamis, 23 Januari 2014

Cerita Imajinasi Tentang Sekeping Kebenaran

Sore itu seperti biasanya aku jalan-jalan di sekitar kompleks rumahku. Di sudut jalan aku melihat seseorang memungut KEPING KEBENARAN, dan aku juga melihat SETAN yang sedari tadi mengikuti orang itu tertawa senang. "Lho koq kamu SETAN malah tertawa senang bukannya risau melihat orang menemukan sekeping kebenaran?" tanyaku keheranan tapi juga sedikit takut. "Hahaha justru itulah masalahnya boss ..." - SETAN itu menyebutku boss mirip gaya preman yang mau malak -  "Aku membiarkannya memperoleh sekeping kebenaran agar dijadikannya berhala pegangan seumur hidup supaya dia tidak akan mencapai kebenaran sejati!"
Betul juga perkataan mas SETAN itu, tapi aku buru-buru pergi - buat apa mencampuri urusan SETAN?  hiiiijjjj ...

disadur dari buku "Burung Berkicau" - Anthony de Mello SJ

Rabu, 22 Januari 2014

"PETA" SUCI

Setelah berbulan-bulan menjelajahi sungai besar Amazon, penjelajah itu akhirnya pulang ke kampung halamannya. Penduduk penasaran, ingin tahu segala sesuatu tentang Amazon. Tapi bagaimana mungkin mengungkapkan dalam kata-kata perasaan yang memenuhi hatinya, ketika ia melihat bentang alam yang sangat indah, mendengar suara binatang penghuni rimba di malam hari? Bagaimana menjelaskan perasaan hatinya ketika mengarungi sungai berair deras yang nyaris menyeretnya? Bagaimana mengungkapkan ketakutannya ketika berjumpa dengan binatang buas?

Ia kemudian berkata: "Pergilah sendiri kesana, temukan sendiri pengalaman penjelajahanmu ..." Tapi semua orang tidak mau pergi kesana, karena dianggap terlalu beresiko dan buang-buang waktu saja.
Namun karena didesak terus, akhirnya si penjelajah membuat sebuah peta yang juga berisi sedikit ilustrasi tentang apa yang akan dijumpai disana, dengan maksud agar orang-orang itu jadi termotivasi untuk pergi kesana sendiri.

Mereka senang sekali, kemudian peta itu diperbanyak. Dan setiap orang membaca dan mempelajari peta itu, membayangkan dirinya sudah ada di Amazon.
Ada sebagian dari mereka yang menganggap dirinya ahli tafsir peta itu. Bukankah mereka sudah hafal setiap kelokan, pusaran, berapa lebarnya berapa dalamnya, dimana air mengalir deras dimana airnya mengalir tenang seperti yang ditulis di peta itu?
Beratus dan beribu tahun kemudian peta itu menjadi peta suci. Banyak orang yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk peta itu, menyebarkannya ke negeri lain. Memaksa orang lain untuk mempercayai gambar peta itu menurut tafsiran mereka masing-masing. Rela terbunuh dan membunuh demi menyiarkannya. Dan juga timbul beragam versi peta yang menurut pencetusnya adalah yang paling benar, yang paling sesuai dengan apa yang digambarkan si penjelajah semula.

Andai si penjelajah itu tahu bakal demikian, mungkin lebih baik ia diam ...

THE LITTLE FETE by Li Po

The Little Fete


I take a bottle of wine and I go to drink it among the flowers.
We are always three–
counting my shadow and my friend the shimmering moon.
Happily the moon knows nothing of drinking,
and my shadow is never thirsty.

When I sing, the moon listens to me in silence.
When I dance, my shadow dances too.
After all festivities the guests must depart;
This sadness I do not know.
When I go home,
the moon goes with me and my shadow follows me.









Komentar: Ada yang menganggap kehidupan adalah seperti singgah di suatu losmen atau menghadiri pesta. Artinya jika ada perpisahan, janganlah menjadi kesedihan, karena tamu-tamu akan datang dan pergi. Dan kita tidak perlu terikat kepadanya.
Li Po membuat syair ini karena perasaan sedih saat ditinggal pergi oleh sahabatnya Liang Kai. Lukisan di atas berjudul: Farewell to Liang Kai.
Jika kita bersahabat dengan diri kita sendiri maka tidak ada yang perlu disedihkan dengan perpisahan karena kita tidak pernah merasa kesepian bahkan saat kita sendirian.

Selasa, 21 Januari 2014

DILARANG KENCING DISINI!, ....KECUALI ....

Jengkel karena tembok pojokan rumahnya selalu dijadikan tempat kencing oleh orang lewat yang kebelet pipis, sang pemilik rumah memasang tulisan: DILARANG KENCING DISINI! dengan cat merah. Ternyata orang masih tetap kencing disitu. Mungkin menurut mereka apalah artinya sepotong tulisan tanpa sanksi dan ancaman hukuman dibandingkan dengan perasaan tersiksa karena kebelet pipis?
Karena marah, tulisan tadi ditambah menjadi: DILARANG KENCING DISINI KECUALI ANJING. Hasilnya sama, orang - yang boleh dianggap anjing  jika menurut definisi tulisan itu  - masih tetap kencing disitu. Apa ruginya disebut anjing? toh tidak ada kerugian materi!

Kebetulan jaman Suharto, jadi tulisan itu diganti dengan: DILARANG KENCING DISINI KECUALI PKI!. Nah! orang mulai takut dan pikir-pikir untuk kencing disitu karena takut dicap PKI, walaupun begitu  tetap ada juga yang kencing disitu - mungkin orang nekad pembenci rezim Suharto.
Kemudian rezim Suharto jatuh ... dan tulisan tadi kehilangan makna & kekuatannya, orang tambah berani kencing disitu malahan tulisannya juga dikencingi - entah bagaimana caranya, mungkin kencingnya disemprotkan ke atas.

Tidak kehabisan akal - walaupun dongkol - sang pemilik rumah menghapus tulisan itu  dan menggantinya dengan tampah berisi sesajen lengkap: kemenyan, bunga 7 macam, cerutu, telur ayam mentah, dan tidak lupa segelas kopi pahit. Hasilnya luar biasa! Tidak ada sepotong manusiapun yang berani kencing disitu lagi.
Sang pemilik rumah tahu sifat orang Indonesia yang lebih takut terhadap hal-hal abstrak dan tidak kelihatan, apalagi jika berbau klenik.

Hutan di lereng Gunung Merapi atau di daerah Badui bisa lestari karena dijadikan hutan larangan tempat para karuhun bermukim.
Orang Indonesia begitu taat bersembahyang dan tempat-tempat ibadat di Indonesia adalah yang paling membludak di dunia, tapi  tingkat korupsi dan kriminalitasnya tetap tinggi - tidak ada pengaruh.
Andai bangsa ini bisa taat pada aturan seperti taatnya pada ritual agama ...

Senin, 20 Januari 2014

Dunia Sang Ikan

Seekor ikan lahir dan besar di dalam sebuah akuarium. Hidupnya 'baik-baik' saja. Tuannya memberi makan sehari dua kali, pagi dan sore. Setelah kenyang makan  ia berenang mondar-mandir. Hidup yang menyenangkan dan nyaman walaupun tak ada tantangan. No supprise no mystery, but it's allright!

Sampai suatu ketika Tuannya memasukkan ikan lain yang baru ditangkap dari sebuah sungai yang besar.
Akhirnya kedua ikan itu berteman, dan temannya menceritakan daerah asalnya: "Aku tinggal di air yang hampir-hampir tidak ada batasnya, sangat luas!, makanan cukup berlimpah tapi kami harus mencarinya dan ada resiko dimangsa oleh ikan lain yang lebih besar. Hidup disana sangat beresiko tapi kami punya kebebasan dan aku lebih senang disana".

Sang ikan yang dilahirkan dan dibesarkan di akuarium mana punya konsep tentang tidak ada batas, tantangan hidup, apalagi kebebasan?. Ia hanya bengong dan dalam hatinya berkata: "Omong kosong dengan apa yang dikatakannya! Mana ada tempat yang lebih baik dibandingkan tempatku yang nyaman ini?"

Oh ikan kecil! jangankan engkau yang punya otak kecil dan sederhana, kaum manusia yang punya otak lebih besar dan kompleks pun sering demikian!
Kaum fanatik yang sempit pikirannya mana bisa mengakui adanya Kebenaran di luar gagasannya yang sempit?
Kaum konservatif dan ortodoks mana bisa memikirkan sesuatu di luar dunianya yang nyaman?
Orang awam yang biasa dicekoki mana mau mempertaruhkan 'rasa amannya' demi pencarian Kebenaran yang tiada henti?

Minggu, 19 Januari 2014

JANGAN TAKUT HANTU!

Seorang anak mempunyai kebiasaan jelek, ia sangat takut ke tempat gelap karena dipikirnya disana ada hantu-hantu yang menyeramkan. Kebetulan kamar mandi & WC di rumahnya letaknya jauh di belakang rumah melewati lorong yang rimbun dan gelap. Jadi setiap malam jika ingin ke WC ia minta ditemani oleh orang tuanya.

Ayahnya yang suka membaca buku-buku tentang pengembangan kepribadian jelas sangat terganggu - baik tidurnya maupun hobbynya oleh kebiasaan anaknya itu. Akhirnya dari buku yang dibacanya didapatkan suatu saran: "Ajak anak itu ke tempat yang ditakutinya kemudian buktikan bahwa ketakutannya hanyalah khayalannya belaka karena sebenarnya disitu tidak ada apa-apa yang mesti ditakuti. Anak itu pasti sembuh dengan sendirinya"

Besoknya si ayah mempraktekkan saran buku itu. Katanya kepada anaknya dengan gagah: "Ayo ayah temani ke belakang, disana tidak ada apa-apa yang mesti kamu takuti!  Seandainya ada hantu pun akan ayah pelintir kepalanya!  Lain kali kamu harus berani sendiri!, paham?"
Si anak manut kemudian mengikuti ayahnya dari belakang. Si anak tetap merasa takut walaupun ayahnya tampak percaya diri dan berjalan dengan langkah gagah mirip tentara mau perang, jantungnya berdebar-debar ...

Tiba-tiba sesosok mahluk yang sangat menyeramkan keluar dari gerumbulan pohon pisang dan melompat ke depan si ayah. Si ayah sangat kaget dan ketakutan: "Wuaaaaaa....!!!!" jeritnya histeris, kemudian lari tunggang-langgang meninggalkan anaknya. Si anak yang ditinggal lari ayahnya pingsan saking takutnya.

Sejak saat itu si anak semakin takut pergi ke tempat gelap. Dan yang lebih celaka, ia tidak mempercayai ayahnya lagi ...

Rajawali Yang Merasa Dirinya Ayam

Sebutir telur rajawali diletakkan diantara telur-telur ayam yang sedang dierami induk ayam. Kemudian telur itu menetas bersama telur-telur yang lain.  Induk ayam kebingungan melihat 'anaknya' yang satu ini berbeda, tapi dengan penuh kasih sayang 'anaknya' itu dibesarkan bersama-sama anak-anak ayam yang lainnya. Anak rajawali itu belajar cara hidup ayam: mengais-ngais tanah untuk mencari makanan, berkotek, dan tentu saja tidak belajar terbang - karena ayam tidak terbang! Cakar rajawali tidak cocok untuk berjalan di atas tanah apalagi untuk mengais-ngais tanah dan 'kotekannya' juga aneh, maka ia menjadi mahluk teraneh dan paling kikuk di lingkungan ayam.

Demikianlah rajawali itu tumbuh dewasa tanpa menyadari bahwa dirinya adalah rajawali, ia merasa dirinya ayam. Suatu hari ayam-ayam itu mencari makanan di ladang. Di langit tinggi tampak seekor rajawali terbang dengan anggunnya membumbung ke angkasa. Si rajawali yang hidup sebagai ayam itu memandangnya dengan penuh takjub, gumamnya: "Andaikan aku bisa terbang setinggi itu ..". Teman-temannya menimpali: "Jangan engkau bermimpi!, engkau adalah ayam seperti kami, ayam tidak bisa terbang seperti rajawali di langit itu!". Rajawali ayam itu manut, kemudian melanjutkan  mengais-ngais tanah mencari makanan.

Akhirnya rajawali itu mati tua, tanpa menyadari bahwa dirinya adalah rajawali, ia mati sebagai ayam sejati!

Manusia pandai yang malang!, bakat dan kejeniusanmu tidak bisa berkembang karena engkau hidup di lingkungan 'manusia ayam'!

Jumat, 17 Januari 2014

Siapa Yang Mengajarkannya Pada Anjing?

Seorang guru agama memberikan khotbah "Alam semesta diciptakan tidak lain hanya dari kasihNya, segala mahluk adalah manifestasi dari percikan kasihNya". Seorang murid sangat terinspirasi, hatinya sangat tergugah dan tersentuh. Sehabis khotbah ia pulang menuju rumahnya dengan langkah ringan dan mantap dengan suka cita meluap-luap. Ia tersenyum kesegala penjuru, bukankah semuanya adalah manifestasi dari kasihNya?

Menuju rumahnya dia harus melewati tempat yang ada anjingnya, gila dan galak! Biasanya ia berjalan memutar menghindari tempat itu, tapi sekarang pikirannya berkata lain: bukankah anjing gila dan galak itupun manifestasi dari kasihNya? Maka ia memberanikan diri melewati anjing itu.
Melihat orang melewati teritorialnya sang anjing menggeram memperlihatkan taringnya. Akal sehat sang murid menganjurkannya untuk cepat-cepat menghindar, tapi keyakinannya yang menggebu-gebu berkata lain. Ia berusaha tenang dan tersenyum ke arah sang anjing sambil terus berjalan mendekati.
Diluar dugaan tiba-tiba sang anjing menerkam dan menggigit si murid, lintang pukang babak belur berdarah-darah ia lari ke arah rumahnya. Untung bisa selamat!

Besoknya pagi-pagi sekali dengan marahnya ia mendatangi gurunya, komplain: "Guru katamu semua mahluk adalah manifestasi dari kasihNya ?!!! Tapi kenapa aku digigit juga oleh anjing itu ?"
Gurunya dengan tenang menjawab: "Aku tidak berbohong, tapi masalahnya tidak ada yang bisa mengajarkan hal itu pada anjing!"

Kamis, 16 Januari 2014

Lima Indera Rohani Untuk Keseimbangan Kehidupan Spiritual

Manusia memiliki aspek psikologis yang berbeda-beda dan ada yang saling bertentangan, misalnya intelektual dan emosional, aktif dan kontemplatif, dsb. Semua aspek ini harus harmonis, seimbang dan terus dipupuk dan dikembangkan.
Dalam Buddhisme dikenal 5 Indera Rohani: keyakinan (shraddha), kebijaksanaan(prajna), semangat (wirya), konsentrasi (samadhi), dan mawas diri (smriti).

Keyakinan mewakili aspek emosional dan bakti dari kehidupan spiritual, mesti diseimbangkan dengan kebijaksanaan. Jika tidak diseimbangkan ia akan menjadi hura-hura dalam histeria religius, kerajingan pada penyiksaan diri (asketisme), fanatisme, intoleransi terhadap orang lain.
Sebaliknya kebijaksanaan yang mewakili aspek intelektual, kognisi, dan gnostik mesti diseimbangkan dengan keyakinan. Tanpanya kebijaksanaan akan merosot menjadi sekedar skolastisme yang dogmatis dan kering.

Semangat atau aspek aktif dan bergerak dari kehidupan spiritual mesti diseimbangkan dengan konsentrasi yang mewakili kecenderungan yang introspektif dan kontemplatif. Tanpanya semangat akan menggebu-gebu seperti kerajingan atau kegilaan keagamaan yang melahirkan kegelisahan neurotis. Konsentrasi yang terpisah dari semangat adalah hanya angan-angan tanpa arah, introspeksi yang tidak sehat, atau pengekangan emosi yang keterlaluan.

Mawas diri adalah indera rohani terakhir yang dalam dirinya sendiri memiliki hakikat yang tidak bisa bersifat ekstrim. Tidak ada istilahnya ada orang yang mawas dirinya berlebihan, oleh karena itu tidak diperlukan penyeimbang seperti indera rohani lainnya.
Sesungguhnya mawas diri menjaga keyakinan dan kebijaksanaan, semangat dan konsentrasi agar tetap berada dalam keseimbangan.

Demikianlah, dalam kehidupan spiritualpun diperlukan keseimbangan yang dinamis.
Nenek moyang kita sudah punya satu kata untuk mengungkapkannya: ELING!

Rabu, 15 Januari 2014

Arti Kebenaran

Karena ingin mengetahui apa arti & makna KEBENARAN, maka aku menanyakannya kepada pihak-pihak yang aku anggap berkompeten.

Yang pertama aku datangi adalah manusia yang aku anggap paling bijak: FILSUF
"Kebenaran?, itu tergantung dari apa yang Anda maksudkan dengan 'kebenaran'" jawabnya filosofis.
Walah, rumit ... masa untuk tahu soal kebenaran saja aku mesti belajar filsafat dulu?

Selanjutnya aku mendatangi orang yang aku pikir paling pintar ngomong: POLITISI
"Kebenaran?, itu tergantung dari kepentingannya dong" jawabnya mantap.
Wuahh, perutku langsung mual .. muntah-muntah, masih untung tidak ditambah terberak-berak.

Terpikir olehku, bahwa aku punya teman BUDDHIS yang suka meditasi. Maka aku mendatanginya.
"Kebenaran itu sebenarnya adalah kekosongan, karena tidak ada yang nyata di alam fenomenal ini, semuanya adalah kekosongan!" ujarnya khidmat.
Karena bosan mendengar ujarannya, iseng-iseng aku getok kepalanya "Bletak!" nyaring juga bunyinya - tapi tidak seperti bunyi benda yang dalamnya kosong, disusul teriakannya mengaduh "Aduh!, bangsat kenapa memukul kepalaku?"
Aku cepat-cepat pergi menghindari amukannya. Kalau semuanya kosong, dari mana asalnya kemarahan itu?, pikirku.

Selanjutnya aku mendatangi ANTROPOLOG, yang mungkin dengan keahliannya bisa menolongku.
"Kebenaran menurut opini orang Bandung sepertimu tentu berbeda dengan opini kebudayaan lain. Misalnya menurut suku 'Mbembe Ng'mbik, kebenaran adalah segala sesuatu yang dikatakan oleh kepala suku yang sudah diinisiasi menggunakan jimat skrotum kambing yang dikeringkan.
Wah tambah ngawur saja, masa kebenaran ada hubungannya dengan peler kambing!!!

Supaya tidak tambah ngawur sebaiknya aku menanyakannya kepada orang yang lebih serius, percaya diri - seperti yang ditunjukkan oleh sorot matanya - bahwa dia paling benar. Maka aku mendatangi seorang FUNDAMENTALIS AGAMA.
"Aku tahu kebenaran dan aku tahu bahwa aku adalah benar karena aku sudah membacanya di buku suci! Dan aku tahu - bahkan sampai kapanpun - tak akan ada yang sanggup menggoyahkan keyakinanku. Kebenaran dari buku suci adalah axioma - harga mati!, bukan suatu hasil akhir dari proses penalaran! Buku suci selalu benar! Dan jika ada bukti-bukti yang berkontradiksi, maka bukti-bukti itu yang mesti dibuang bukan buku sucinya! Kebenaran ada disana!!!!"
Aku pergi dengan perasaan ngeri ...

Untuk mencari jawaban yang lebih jujur dan membumi, sebaiknya aku tanya kepada PEMULUNG
"Kebenaran adalah:  jika perut lapar tidak bisa kenyang dengan melihat gambar makanan, jika kedinginan & kehujanan tidak bisa hangat & nyaman dengan melihat bangunan mewah milik orang kaya, jika miskin tidak bisa kaya hanya dengan melihat parameter-parameter ekonomi makro" ujarnya dongkol membenci pemerintah.
Wah benar juga, jangan-jangan pemulung ini juga sarjana? Itu memang fakta kehidupan di negeri ini tapi bukan kebenaran seperti yang aku maksudkan.

Demi sebuah pencarian tidak ada salahnya menanyakannya kepada mahluk bukan manusia.  Mengumpulkan segala keberanian yang ada aku bertanya kepada SETAN si Lucifer itu!
"Sebagai mantan malaikat level atas, aku tentu tahu apa kebenaran itu! Aku mengambilnya sekeping-sekeping dan menambahkannya dengan ajaranku sendiri. Aku memberitakannya kepada manusia yang suka mengabsolutkan sesuatu - malas menggunakan akal sehat dan hati nuraninya. Aku membiarkannya mempelajari sedikit kebenaran yang sudah aku sisipi dengan ajaran kekerasan dan kemunafikan itu. Aku senang sekali jika melihat mereka merasa paling benar dan berkelahi bahkan saling bunuh demi sekeping kebenaran itu!"
Dasar setan! dalam hatiku, untung aku masih bisa pulang ..

Akhirnya aku menemui seorang ZEN yang menceritakan kisah ini:
Bhiksuni Wu Jincang bertanya kepada sesepuh Zen keenam Hui Neng "Saya telah mempelajari Mahaparinirvana Sutra selama banyak tahun, tetapi banyak hal yang tidak saya mengerti. Mohon dijelaskan".
Hui Neng menjawab " Saya buta huruf, tolong bacakan untuk saya. Barangkali saya dapat menjelaskannya kepada Anda."
Bhiksuni Wu Jincang heran "Anda tidak dapat membaca bagaimana Anda kemudian bisa mengerti maksudnya?"
Hui Neng menjelaskan " Kebenaran tidak ada hubungannya dengan kata-kata. Kebenaran diumpamakan seperti bulan di langit. Kata-kata adalah telunjuk. Telunjuk bisa menunjuk ke bulan, tetapi telunjuk bukanlah bulan. Untuk melihat bulan kita mesti melihat ke atas telunjuk, bukan? Bahasa dan kata-kata hanyalah simbol untuk menyatakan kebenaran. Tetapi salah menempatkan kata-kata sebagai sebagai kebenaran adalah sama menggelikannya dengan menganggap jari sebagai bulan!"


Ya, itulah yang aku cari:  KEBENARAN BUKANLAH KATA-KATA.
Menurutku jika menempatkan kata-kata sebagai kebenaran absolut maka akibatnya bukan hanya menggelikan, tapi musibah besar bagi umat manusia!

Selasa, 14 Januari 2014

Dongeng Tentang Penegakan Hukum Di Negeri Amburadul

Seorang pencuri jatuh terpeleset saat masuk ke rumah orang melalui jendela yang dicongkelnya. Malang, kepalanya membentur lantai dan ia mati. Keluarga simaling tidak terima dan menggugat pemilik rumah.
Hakim memutuskan pemilik rumah bersalah karena membangun jendela yang kusennya sangat licin sehingga membuat terpeleset orang yang menaikinya. Hukuman tegas divoniskan: hukum gantung!

Pemilik rumah tidak terima dan ia menyalahkan tukang kayu yang membuat jendela itu. Tukang kayu dipanggil ke pengadilan dan ia yang divonis bersalah atas kejadian itu. Hukumannya, hukum gantung!

Tukang kayu tidak terima dan ia menyalahkan pembantu rumah tangga tetangga pemilik rumah itu yang berpakaian seronok sehingga mengganggu konsentrasinya waktu mencat kusen jendela. Pembantu dipanggil ke pengadilan dan karena terbukti mengganggu konsentrasi si tukang kayu maka ia yang harus dipersalahkan atas kejadian ini. Hukum harus ditegakkan, kali ini si pembantu yang divonis hukum gantung.

Si pembantu tidak terima dan ia menyalahkan tukang jahit yang menjahitkan bajunya yang seronok itu. Tukang jahit dipanggil ke pengadilan dan sidang memutuskan bahwa ia yang bersalah atas kejadian ini karena membuatkan baju yang tidak pantas untuk pembantu yang akhirnya mengganggu konsentrasi si tukang kayu. Hukuman adil harus ditegakkan dan si tukang jahit divonis hukum gantung!

Si tukang jahit tidak bisa menyalahkan orang lain lagi. Dan terpaksa menerima hukuman itu ...
Alkisah situkang jahit itu orangnya sangat tinggi dan petugas pengadilan yang tugasnya menyiapkan tiang gantungan orangnya sangat goblok. Waktu digantung tukang jahit itu tidak mati-mati karena tiang gantungannya terlalu pendek.
Pengadilan harus memberikan putusan adil tapi karena terhukum tidak mati-mati, giliran hakim yang bingung setengah mati. Akhirnya setelah perembukan yang alot diambil suatu keputusan yang oleh semua hadirin disepakati sangat adil: Cari tukang jahit lain yang pendek untuk dihukum gantung!

Akhir petugas pengadilan mencari tukang jahit, pokoknya mesti pendek. Seorang tukang jahit pendek sial yang kebetulan tertangkap petugas akhirnya divonis hukum gantung.
Protes, dia bertanya:"Apa salah saya digantung Pak?"
"Salahnya kamu pendekkkkkkk .....!!!" kata semua orang.
Dan tukang jahit pendek itupun mati di tiang gantungan.
Hakim kemudian bertanya kepada hadirin: "Adil, saudara-saudara?"
"Adilllllll ......." jawab hadirin yang puas dengan keadilan hakim.


n.b. Dongeng banyolan ini diceritakan puluhan tahun yang lalu oleh Kang Ibing di Radio Mara.  

Cara Melangsingkan Badan Dengan Program Smart Detox

http://tipscarahidupsehat.com