Kamis, 16 Januari 2014

Lima Indera Rohani Untuk Keseimbangan Kehidupan Spiritual

Manusia memiliki aspek psikologis yang berbeda-beda dan ada yang saling bertentangan, misalnya intelektual dan emosional, aktif dan kontemplatif, dsb. Semua aspek ini harus harmonis, seimbang dan terus dipupuk dan dikembangkan.
Dalam Buddhisme dikenal 5 Indera Rohani: keyakinan (shraddha), kebijaksanaan(prajna), semangat (wirya), konsentrasi (samadhi), dan mawas diri (smriti).

Keyakinan mewakili aspek emosional dan bakti dari kehidupan spiritual, mesti diseimbangkan dengan kebijaksanaan. Jika tidak diseimbangkan ia akan menjadi hura-hura dalam histeria religius, kerajingan pada penyiksaan diri (asketisme), fanatisme, intoleransi terhadap orang lain.
Sebaliknya kebijaksanaan yang mewakili aspek intelektual, kognisi, dan gnostik mesti diseimbangkan dengan keyakinan. Tanpanya kebijaksanaan akan merosot menjadi sekedar skolastisme yang dogmatis dan kering.

Semangat atau aspek aktif dan bergerak dari kehidupan spiritual mesti diseimbangkan dengan konsentrasi yang mewakili kecenderungan yang introspektif dan kontemplatif. Tanpanya semangat akan menggebu-gebu seperti kerajingan atau kegilaan keagamaan yang melahirkan kegelisahan neurotis. Konsentrasi yang terpisah dari semangat adalah hanya angan-angan tanpa arah, introspeksi yang tidak sehat, atau pengekangan emosi yang keterlaluan.

Mawas diri adalah indera rohani terakhir yang dalam dirinya sendiri memiliki hakikat yang tidak bisa bersifat ekstrim. Tidak ada istilahnya ada orang yang mawas dirinya berlebihan, oleh karena itu tidak diperlukan penyeimbang seperti indera rohani lainnya.
Sesungguhnya mawas diri menjaga keyakinan dan kebijaksanaan, semangat dan konsentrasi agar tetap berada dalam keseimbangan.

Demikianlah, dalam kehidupan spiritualpun diperlukan keseimbangan yang dinamis.
Nenek moyang kita sudah punya satu kata untuk mengungkapkannya: ELING!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar